BUDAYA ADALAH KITA DAN KITA ADALAH BUDAYA
BUDAYA ADALAH KITA
DAN KITA ADALAH BUDAYA
TERAPAN DI KABUPATEN MALINAU
Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan budayanya sehingga membentuk cara berpikir dan bertingkah laku yang khas bagi para anggotanya. Cara berpikir dan bertingkah laku tersebut merupakan hasil pengkondisian budaya (cultural conditioning) melalui pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh orang tua, guru, dan masyarakat sekitar kita baik secara langsung maupun tidak langsung. Sering kali kita merasa yakin bahwa cara berpikir dan bertingkah laku serta sistem budaya kita adalah sistem yang baik, benar, dan normal. Kita menganggap bahwa orang lain memiliki nilai-nilai dan adat istiadat yang sama dengan yang kita miliki. Kita menganggap bahwa orang lain memiliki kebutuhan-kebutuhan dan harapanharapan yang sama dengan kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan kita. Masalah akan muncul ketika kita melakukan kontak atau interaksi dengan orang-orang yang berasal dari lingkungan budaya yang berbeda, karena orang-orang yang berasal dari lingkungan budaya yang berbeda memiliki pola-pola, harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, dan pilihanpilihan yang didasarkan atas pengkondisian budaya mereka sendiri yang mungkin sangat berbeda. Pemahaman terhadap budaya orang lain sangat penting, terutama bagi orang-orang yang bekerja dalam industri pariwisata dan hospitalitas, termasuk di antaranya para manajer, para pengambil keputusan, atau para petugas yang dalam pekerjaan sehari-harinya melakukan hubungan atau kontak langsung dengan orang-orang yang berasal dari kebudayaan yang berbeda. Pemahaman tersebut mencakup pemahaman tentang nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan, cara berkomunikasi, dan aspek-aspek perilaku yang lainnya.
A. DEFINISI KEBUDAYAAN
Banyak sekali pengertian atau definisi tentang budaya atau kebudayaan, tergantung dari aspek mana para ahli mendefinisikannya. Dalam kehidupan sehari-hari budaya atau kebudayaan sering dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa, atau etnis. Perilaku orang Sunda sering dikatakan sebagai pengaruh budaya Sunda, perilaku orang Minang sering dikatakan sebagai pengaruh budaya Minang, begitu juga perilaku orang Cina dikatakan sebagai pengaruh budaya Cina. Kadang-kadang istilah budaya dikaitkan juga dengan seni, ritual, musik, atau berbagai peninggalan masa lampau. Jaipongan identik dengan budaya Sunda, ngaben identik dengan ritual dan budaya orang Bali, Borobudur adalah peninggalan budaya Jawa-Budha, dan sebagainya. Sebenuanya konsep budaya sangat sulit untuk didefinisikan, karena budaya merupakan nama abstrak untuk fenomena multidimensional yang sangat luas dan kompleks. Kalau kita ibaratkan, budaya itu seperti kotak hitam yang kita tahu ada, tetapi tidak tahu apa isinya. Para ahli telah mengembangkan ratusan definisi tentang kebudayaan dan ternyata mereka semua memiliki pandangan yang berbeda tentang konsep dan makna kebudayaan. Untuk membuktikan hal tersebut, maka pada tahun 1952, dua orang ahli antropologi, A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn, pernah mencoba mengumpulkan semua definisi tentang kebudayaan, hasilnya terkumpul 160 buah lebih definisi yang berbeda-beda dalam batasan dan ruang lingkupnya. Ternyata kata budaya dapat menyentuh berbagai aspek kehidupan baik aspek material, seperti makanan dan pakaian, aspek sosial kemasyarakatan, seperti organisasi pemerintahan/struktur pemerintahan, aspek perilaku manusia, dan aspek-aspek lainnya. Secara etimologis kata “budaya” atau “culture” dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin “colere” yang berarti “mengolah” atau “mengerjakan” sesuatu yang berkaitan dengan alam (cultivation). Dalam bahasa Indonesia, kata budaya (nominalisasi: kebudayaan) berasal dari bahasa Sanskerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal). Penjelasan lain tentang etimologi kata “budaya” yakni sebagai perkembangan dari kata majemuk “budi daya” yang berarti pemberdayaan budi yang berwujud cipta, karya dan karsa. Dalam perspektif yang lain, Dewantara (Arief, 2015) menjelaskan bahwa “budaya” atau “kebudayaan (bahasa jawa: kabudayan)” mempunyai persamaan terminologi dengan kata “kultur” (dari bahasa Jerman), “cultuur” (dari bahasa Belanda), dan “culture” (dari bahasa Inggris) yang ke semuanya mempunyai arti hasil/buah dari peradaban manusia. Kata “kultur” tersebut (diadopsi secara utuh dalam bahasa Indonesia) berakar dari bahasa Latin “cultura”, perubahan dari “colere” yang berarti usaha untuk memelihara dan memajukan budi/akal/jiwa. Secara asosiatif dapat dikemukakan bahwa kata “budaya” atau “kultur” mempunyai pengertian dasar usaha budi/akal dalam rangka memperbaiki kualitas dan kuantitas (peradaban) hidup manusia. Usaha ini terwujud dalam tiga sistem dasar, meliputi (1) kompleksitas gagasan, konsep, dan pikiran manusia atau yang biasa disebut sistem budaya, (2) kompleksitas aktivitas interaksional dan transaksional atau yang biasa disebut sistem sosial, dan (3) kompleksitas kebendaan sebagai sarana/alat memenuhi kebutuhan atau yang biasa disebut sistem instrumental. Dipandang dari sudut keilmuan tertentu, maka para teoretikus memiliki definisi dan penekanan tertentu tentang budaya. Misalnya para Fungsionalis mengartikan budaya sebagai seperangkat aturan yang memberikan arahan kepada manusia tentang bagaimana mereka harus berperilaku dalam memenuhi kebutuhan mereka. Aturan-aturan ini memungkinkan kita untuk lebih memahami dan memprediksi mengapa dan bagaimana orang lain akan berperilaku. Simbolis memandang budaya sebagai sistem simbol dan makna yang membantu manusia untuk berkomunikasi. Antropolog sosial menekankan pentingnya hubungan sosial dan praktik proses konsumsi manusia. Antropolog budaya lebih fokus pada norma dan nilai manusia. Para arkeolog lebih berkonsentrasi pada sisa-sisa material dari aktivitas manusia. Definisi-definisi yang beragam ini menunjukkan adanya perbedaan dalam landasan teoritis yang digunakan untuk memahami konsep budaya dan kriteria untuk mengevaluasi aktivitas manusia. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi budaya secara lebih rinci. Definisi-definisi ini terentang dari pandangan bahwa budaya adalah fenomena yang luas (all-inclusive phenomenon), sampai yang paling sempit (misalnya cara hidup manusia). Salah satu definisi yang inklusif di antaranya adalah definisi klasik yang dikemukakan oleh Sir Edward Burnett Tylor.
(1874) yang mengartikan budaya sebagai ''keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat” (Reisinger, 2009). Kalau kita perhatikan, maka definisi ini lebih menekankan sifat inklusif dari budaya (banyak variabel dimasukkan). Definisi-definisi dimaksud memandang budaya sebagai berikut.
1. Lingkungan manusia. Budaya telah diciptakan oleh manusia dan merupakan bagian dari lingkungan buatan manusia yang menyatukan kelompok manusia.
2. Warisan sosial dan tradisi. Budaya mengacu pada sejarah suatu bangsa, wilayah, atau sekelompok orang, dan tradisi, adat istiadat, seni kerajinan, arsitektur, musik, dan lukisan.
3. Cara hidup. Budaya adalah cara hidup sekelompok orang atau seluruh masyarakat yang menunjukkan bagaimana hidup dan kriteria apa yang digunakan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dalam hidup dan bagaimana melakukan sesuatu.
4. Perilaku. Budaya adalah tentang perilaku manusia. Budaya mempengaruhi perilaku manusia dan menunjukkan bagaimana orang harus berperilaku. Budaya menentukan pola perilaku yang dikaitkan dengan kelompok orang tertentu, dan kondisi serta suasana di mana berbagai perilaku terjadi. Budaya juga membantu menafsirkan, memahami, dan memprediksi perilaku orang lain. Perilaku orang tergantung pada budaya di mana mereka dibesarkan. Budaya adalah fondasi dari perilaku manusia.
5. Aturan kehidupan sosial. Kebudayaan merupakan seperangkat aturan yang memberi arahan tentang bagaimana manusia harus berperilaku dalam kehidupan mereka. Aturan-aturan ini juga memungkinkan untuk pemahaman yang lebih baik tentang perilaku orang lain, dan memprediksi mengapa dan bagaimana orang lain akan berperilaku. Aturan-aturan ini harus diikuti untuk menjaga keharmonisan dan ketertiban dalam masyarakat.
6. Berpakaian dan penampilan. Budaya mengarahkan bagaimana orang harus berpakaian. Budaya menentukan pakaian apa yang sesuai untuk dipakai pada pertemuan bisnis, santai, atau di rumah. Agar seseorang dapat diterima secara sosial, maka ia harus berpakaian sesuai dengan kondisi yang ada. Kebiasaan dan tradisi budaya menentukan dress code, warna, perhiasan yang akan dipakai, dan riasan yang akan digunakan.
7. Makanan dan tata cara makan. Budaya menentukan bagaimana makanan disiapkan, dimasak, disajikan, dan dikonsumsi. Sebagai contoh, di beberapa budaya orang makan daging sapi (misalnya, Amerika Serikat), sementara di budaya lainnya (misalnya, India) daging sapi tidak boleh dimakan. Di beberapa budaya orang menggunakan garpu dan pisau untuk makan (misalnya, orang Eropa), sementara di budaya lainnya, orang menggunakan sumpit (misalnya, Cina), atau tangan mereka (misalnya, orang Indonesia).
8. Perasaan diri. Budaya memberikan rasa identitas dan harga diri. Budaya memberikan makna dan arah, dan menunjukkan dari mana mereka berasal.
9. Hubungan. Budaya mempengaruhi hubungan pribadi, bisnis, perusahaan, dan pemerintahan. Budaya memberi petunjuk bagaimana orang harus berperilaku dalam suatu kelompok, berhubungan satu sama lain, dan memperlakukan orang lain, misalnya kepada teman, orang tua, guru, kelompok minoritas, dan kelompok berkebutuhan khusus. Sebagai contoh, di beberapa budaya, orang tua dihormati dan dihargai, sehingga disediakan sebuah kamar yang terbaik di rumah (misalnya, Indonesia). Pada budaya lain, adalah lumrah jika orang tua ditempatkan di panti jompo (misalnya, Amerika Serikat). Budaya mempengaruhi sikap terhadap perbedaan jenis kelamin, peran dan tanggung jawab berdasarkan jenis kelamin, pernikahan, hubungan sosial, dan pekerjaan. Konsep budaya dapat menjelaskan berbagai sistem masyarakat, seperti sistem sosial, politik, ekonomi, keuangan, pendidikan, kekerabatan, agama, kesehatan, dan rekreasi.
10. Nilai dan norma. Budaya menunjukkan nilai apa yang merupakan nilai penting dan kurang penting. Dalam beberapa budaya, individu lebih mementingkan pekerjaan, prestasi pribadi, dan hal-hal yang berkaitan dengan materi (misalnya, Amerika Serikat), sedangkan pada budaya lain, orang diharapkan untuk mau berbagi, patuh, dan memperhatikan orang lain (misalnya, Asia). Budaya membantu untuk menegaskan kembali nilai-nilai, mengatasi kesulitan, dan menemukan pemecahan masalah. Budaya mencakup sistem nilai, dan nilai menciptakan budaya.
11. Keyakinan dan sikap. Budaya mendefinisikan keyakinan, pandangan, pendapat, persepsi, sikap terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, dan terhadap dunia. Budaya menentukan praktik-praktik.
12. Cara berpikir dan melakukan sesuatu. Budaya adalah cara berpikir, merasa, dan melakukan sesuatu yang diterima secara sosial. Budaya adalah sarana bagi manusia untuk mengkomunikasikan pikiran dan nilainilai mereka serta memenuhi kebutuhan mereka.
13. Kebiasaan kerja dan rekreasi. Budaya menentukan sikap terhadap pekerjaan, kebiasaan dan praktik kerja, pencapaian, penilaian, promosi, insentif, tanggung jawab, etika kerja, kelayakan aktivitas, kesetiaan kepada majikan, komitmen terhadap kualitas kerja dan layanan, serta cara membuat keputusan. Di beberapa budaya orang ''hidup untuk bekerja” (misalnya, Amerika Serikat), sementara pada budaya lainnya, orang ''bekerja untuk hidup” (misalnya, Australia, dan Prancis). Budaya juga menentukan sikap terhadap waktu luang, kebiasaan bepergian, frekuensi dan musim perjalanan, akomodasi yang disukai, sumber informasi yang digunakan, pola pengeluaran, lama menginap, dan pemilihan destinasi. Misalnya, turis dari Amerika Serikat dan Eropa lebih suka bepergian sendiri, sedangkan turis dari Asia lebih suka bepergian secara berkelompok.
14. Waktu. Budaya menentukan sikap terhadap waktu. Di beberapa budaya orang sangat memperhatikan ketepatan waktu (misalnya, Jerman). Sementara di budaya yang lain, orang tidak peduli dengan waktu, mereka mengatur hidup mereka berdasarkan terbit dan terbenamnya matahari, berdasarkan pada musim dingin, musim semi, musim panas, atau musim gugur. Misalnya, orang India atau orang Amerika Latin, menerima dan memaklumi jika orang lain terlambat untuk memenuhi janji atau tidak mengikuti jadwal waktu yang telah ditetapkan.
15. Pengetahuan kognitif. Budaya adalah sistem pengetahuan kognitif, klasifikasi, dan kategori yang ada dalam pikiran manusia dan dibentuk oleh otak manusia. Budaya sering digambarkan sebagai ''pemrograman kolektif pikiran, yang membedakan anggota satu kelompok dengan kelompok lainnya (Hofstede, 1991). Sebagai contoh, aturan untuk perilaku manusia ditentukan oleh pikiran yang telah terpola secara budaya.
16. Proses mental dan pembelajaran. Budaya adalah tentang bagaimana orang mengatur dan memproses informasi, bagaimana mereka belajar dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, dan bagaimana mereka menderita akibat tidak belajar informasi tertentu atau tidak beradaptasi dengan keadaan baru. Sebagai contoh, beberapa budaya menyukai keterusterangan, logika, kognisi, dan keterampilan intelektual (misalnya, Jerman), yang lain menekankan logika sirkuler, konseptualisasi, berpikir abstrak, dan komunikasi emosional (misalnya, Jepang).
17. Informasi dan komunikasi. Budaya adalah informasi, dan informasi adalah komunikasi. Dengan demikian, budaya adalah sistem komunikasi yang menggunakan isyarat verbal dan non-verbal yang membedakan satu kelompok dengan kelompok yang lain. Bahasa adalah panduan untuk komunikasi dan budaya. Bahasa membantu mentransmisikan nilainilai, keyakinan, persepsi, dan norma manusia. Bahasa memfasilitasi pengembangan sikap dan persepsi terhadap dunia. Perbedaan bahasa dan isyarat verbal menimbulkan cara yang berbeda dalam mengekspresikan keyakinan, nilai, dan persepsi. Isyarat non-verbal, seperti gerak tubuh atau bahasa tubuh, juga berbeda secara budaya. Sebagai contoh, di beberapa budaya, melakukan interupsi ketika melakukan diskusi adalah hal yang lumrah (misalnya, Brasil), tetapi pada budaya yang lain, dianggap kasar (misalnya, Jepang). Jadi, budaya yang berbeda memiliki sistem komunikasi yang berbeda. Di beberapa masyarakat orang berbicara beberapa bahasa utama (misalnya, di Swiss orang berbicara bahasa Jerman, Italia, dan Prancis). Dalam satu kelompok bahasa mungkin ada berbagai dialek, bahasa gaul, jargon, atau aksen. Orangorang yang berbicara dalam bahasa yang sama dengan aksen atau jargon yang sama membedakan mereka dari orang lain.
18. Simbol dan makna. Budaya adalah sistem simbol, makna, gagasan, dan emosi yang memengaruhi pengalaman seseorang. Anggota dari budaya yang sama bergantung pada simbol yang sama (misalnya, huruf, tanda) untuk membingkai pikiran, ekspresi, dan emosi mereka (misalnya, sukacita, kesedihan). Simbol membantu orang berkomunikasi, mengembangkan sikap terhadap kehidupan dan orang lain, dan memahami perilaku yang diterima secara sosial. Simbol membuat budaya menjadi mungkin dan dapat dibaca. Meskipun makna tidak dapat diamati dan diukur, namun makna dapat membantu untuk memahami perilaku orang lain. Sebagai contoh, dalam beberapa budaya menepuk kepala seorang anak tidak dapat diterima karena kepala dianggap sebagai pusat kekuatan intelektual (misalnya, Malaysia), sementara di budaya lain menepuk kepala dapat diterima. Di Polandia, menepuk kepalaseorang anak dianggap sebagai sikap yang peduli dan merupakan gestur protektif.
19. Persepsi. Budaya adalah cara merasakan lingkungan. Budaya adalah ''sekumpulan persepsi seseorang tentang diri mereka sendiri dan tentang dunianya...”(Urriola, 1989). Kesamaan dalam persepsi menunjukkan adanya persamaan budaya, berbagi dan pemahaman makna (Samovar, Porter, & Jain, 1981).
20. Perbedaan dan persamaan di antara manusia. Budaya adalah tentang perbedaan dan persamaan manusia. Budaya sering diartikan sebagai perbedaan antara kelompok manusia yang melakukan hal-hal berbeda dan merasakan dunia secara berbeda. Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan adanya budaya yang berbeda. Penting untuk memahami bagaimana perbedaan budaya mempengaruhi persepsi manusia tentang dunia
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa kebudayaan itu memiliki tiga wujud, yaitu:
1. suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya;
2. suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat;
3. sebagai benda-benda hasil karya manusia.
B. JENIS DAN TINGKAT BUDAYA
Istilah budaya sering mengacu pada budaya nasional. Namun, kebangsaan itu sendiri tidak mendefinisikan budaya. Pada dasarnya perilaku dan preferensi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan global, etnis, ras, agama, pekerjaan, keluarga, teman, dan bahkan sistem nilai individual. Misalnya, manusia di mana pun dipengaruhi oleh sistem politik dan sosial serta perkembangan ekonomi. Pebisnis dipengaruhi oleh budaya industri, organisasi, dan profesional. Manusia, secara sosial tentu saja dipengaruhi oleh keluarga dan teman-temannya. Dengan demikian, jenis budaya (Reisinger, 2009) dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Budaya universal merupakan budaya semua bangsa dan manusia. Di dalamnya mencakup cara hidup, perilaku, nilai, moral, dan ide-ide mereka.
2. Budaya peradaban adalah budaya peradaban tertentu. Di dalamnya terdiri dari berbagai kebangsaan yang berbeda, tetapi memiliki sistem politik, pembangunan ekonomi, akar etnis, dan nilai-nilai agama yang sama.
3. Budaya etnis merupakan budaya dari sekelompok etnis orang-orang yang memiliki bahasa, sejarah, agama, keturunan atau warisan, serta atribut-atribut lainnya yang sumbernya sama.
4. Budaya ras adalah budaya pada suatu ras tertentu, seperti ras AfrikaAmerika, Asia-Amerika atau Hispanik-Amerika.
5. Budaya nasional, adalah budaya dari suatu kelompok nasional, kadangkadang disebut ''budaya negara”. Budaya nasional dapat didefinisikan dengan cara ini selama bangsa dan negara telah secara jelas mendefinisikan batas-batas wilayah. Namun, hal ini tidak selalu terjadi, karena beberapa kebangsaan yang berbeda dapat hidup berdampingan dalam sebuah negara dan memiliki budaya yang berbeda. Sebagai contoh, empat kebangsaan yang berbeda, Serbia, Kroasia, Kosovo dan Makedonia, masing-masing dengan budaya yang berbeda, tetapi tinggal di satu negara tunggal, yaitu bekas Yugoslavia.
6. Budaya daerah adalah budaya dari suatu wilayah geografis tertentu, misalnya budaya Amerika Serikat bagian tenggara (santai dan rileks) atau budaya Timur Laut (formal dan sibuk), masing-masing wilayah memiliki nilai, prioritas, dan gaya hidup yang berbeda-beda.
7. Budaya generasi merupakan budaya generasi tertentu. Sebagai contoh, generasi Baby Boomers dan Generation XL memiliki nilai, preferensi, dan kebutuhan yang berbeda.
8. Budaya industri merupakan budaya industri tertentu. Industri pariwisata, perbankan, konstruksi, ritel, atau farmasi memiliki budaya khusus yang tersendiri karena mereka memiliki pandangan dunia yang berbeda tentang cara mengatur dan mengelola bisnis. Misalnya, budaya industri pariwisata lebih berorientasi pada pelanggan daripada budaya perbankan. Di sisi lain, industri perbankan lebih berorientasi pada pelanggan daripada budaya konstruksi.
9. Budaya profesional merupakan budaya profesi tertentu. Perbedaan pekerjaan dan profesional (misalnya dokter, pengacara, insinyur) masing-masing memiliki budaya yang unik karena memiliki tuntutan, kepercayaan, aturan, bahkan pakaian tersendiri.
10. Budaya organisasi/perusahaan mengacu pada budaya organisasi tertentu. Organisasi dan perusahaan memiliki budaya yang berbeda karena mereka dipengaruhi oleh sifat industri, bisnis, produk, dan layanan yang berbeda. Beberapa perusahaan terlibat dalam teknologi
C. PERADABAN
Mungkin Anda bertanya apakah peradaban itu? dan apa bedanya peradaban dengan budaya? Peradaban adalah pengelompokan budaya tertinggi manusia (setelah kewarganegaraan, kelompok etnis, dan kelompok agama) dan tingkat identitas budaya terluas yang dimiliki manusia. Misalnya, penduduk Prancis dapat mendefinisikan dirinya sendiri sebagai orang Prancis, Katolik, Kristen, Eropa, dan Barat. Peradaban Barat yang menjadi tempat tinggal penduduk Prancis adalah tingkat identifikasi yang paling luas yang dia identifikasikan. Peradaban membedakan manusia dari spesies yang lain. Peradaban merupakan tahap lanjut dari perkembangan manusia yang ditandai dengan perkembangan seni, agama, ilmu pengetahuan, dan organisasi sosial serta politik tingkat tinggi. Peradaban adalah budaya. Setiap peradaban mencakup banyak negara, unit politik, pemerintah, dan negara bagian. Unsur-unsur budaya kunci yang mendefinisikan peradaban adalah darah, bahasa, sejarah, agama, cara hidup, pandangan dunia, struktur sosial, institusi, dan identifikasi diri dari orang-orangnya. Peradaban berbeda dengan ras; mungkin ada orang-orang dari berbagai ras yang disatukan oleh peradaban yang sama, atau mungkin ada orang-orang dari ras yang sama yang dipisahkan oleh peradaban. Misalnya, peradaban Kristen dan Islam mencakup masyarakat yang terdiri dari orang-orang dari berbagai ras. Perbedaan utama di antara kelompok manusia berhubungan dengan nilai-nilai, keyakinan, lembaga, dan struktur sosial mereka, bukan penampilan fisik, bentuk kepala, dan warna kulit mereka. Peradaban berevolusi sepanjang waktu, beradaptasi, muncul dan menghilang, dan merupakan asosiasi manusia yang paling abadi. Peradaban berbeda dalam ukuran dan kepentingan. Peradaban mungkin melibatkan sejumlah besar orang, misalnya orang Cina, atau sejumlah kecil orang, misalnya peradaban Kreta. Pada saat ini setidaknya telah teridentifikasi 12 peradaban di dunia, tujuh di antaranya sudah tidak ada lagi (Mesopotamia, Mesir, Kreta, Klasik, Bizantium, Amerika Tengah, Andean) dan lima di antaranya (Cina, Jepang, India, Islam, dan Barat) (Melko, 1969). Dalam dunia kontemporer, ke lima peradaban ini kita harus menambahkan peradaban Ortodoks, Amerika Latin, dan Afrika. Dasar dari peradaban besar adalah agama-agama utama dunia. Agama menentukan karakteristik peradaban. Misalnya, empat agama utama dunia yang terkait dengan peradaban besar adalah Kristen, Islam, Hindu, dan Konghucu. Agama besar kelima, agama Buddha, belum menjadi dasar peradaban besar karena dipisahkan menjadi Konfusianisme dan Taoisme. Agama-agama besar dunia dihasilkan oleh peradaban non-Barat. Peradaban Barat tidak pernah menghasilkan agama utama (Huntington, 1996). Saat ini, pengaruh peradaban Barat sedang menurun. Peradaban Asia (misalnya, Sinic, Jepang) memperluas kekuatan ekonomi, militer, dan politik mereka. Peradaban Islam meluas secara demografis dan tampaknya memiliki konsekuensi ketidakstabilan bagi beberapa negara Muslim dan tetangga mereka. Peradaban non-Barat menegaskan kembali nilai budaya mereka sendiri (Huntington, 1996). Dengan demikian, globalisasi membawa kebangkitan budaya di negara-negara Asia dan Islam yang dihasilkan oleh perubahan ekonomi dan demografi mereka yang dinamis. Era yang didominasi oleh ideologi Barat bisa berakhir; dunia bergerak ke era di mana.
D. JENIS BUDAYA DALAM PARIWISATA
Dalam pariwisata, seseorang dapat membedakan berbagai jenis budaya, antara lain: budaya wisatawan, budaya tuan rumah, dan budaya pariwisata. Budaya wisatawan adalah budaya negara yang dibawa oleh wisatawan ketika mengunjungi negara lain, baik untuk bisnis atau liburan. Budaya wisatawan mempengaruhi dan memberikan kontribusi untuk menjelaskan perilaku wisatawan. Namun, karena wisatawan berperilaku berbeda ketika mereka jauh dari rumah, budaya wisatawan tergantung pada “sisa budaya” atau residual culture yang menjelaskan bagaimana wisatawan dari budaya yang berbeda berperilaku (Jafari, 1987), karena kedua “budaya wisatawan” (budaya kelompok wisatawan, backpacker, dan lain-lain) serta budaya nasional mempengaruhi wisatawan dari budaya nasional yang berbeda, penting untuk memahami sejauh mana “budaya wisatawan” bebas dari budaya nasional dan tercermin dalam perilaku semua wisatawan terlepas dari kebangsaannya (Pizam, 1999 dikutip dalam Pizam dan Mansfeld, 1999). Budaya tuan rumah adalah budaya dari negara tuan rumah yang melakukan kontak dengan wisatawan (Jafari, 1987). Jadi budaya tuan rumah adalah budaya nasional dari mereka yang memberikan penawaran dan layanan lokal kepada wisatawan. Budaya pariwisata mengacu pada hasil perilaku semua peserta yang terlibat dalam proses pariwisata, yaitu perilaku wisatawan dan mereka yang menawarkan produk dan layanan pariwisata dan hospitalitas. Budaya pariwisata adalah hasil dari pencampuran antara budaya wisatawan, tuan rumah, dan sisa budaya. Budaya pariwisata adalah jenis budaya khusus yang dibentuk pada setiap destinasi. Budaya pariwisata berbeda dari budaya sehari-hari wisatawan dan tuan rumah karena wisatawan dan tuan rumah berperilaku berbeda dari cara mereka berperilaku di rumah, tanpa kehadiran kelompok lain (Jafari, 1987).
E. TUJUAN BUDAYA
Tujuan budaya adalah mengajarkan manusia bagaimana hidup, melakukan sesuatu, dan berpikir. Budaya membimbing manusia melalui kehidupannya. Tujuannya adalah untuk menetapkan cara-cara berperilaku, standar dan kriteria kinerja, dan cara-cara menangani hubungan interpersonal dan lingkungan yang akan mengurangi ketidakpastian, meningkatkan prediktabilitas, dan mendorong kelangsungan hidup dan pertumbuhan di antara anggota setiap masyarakat. Budaya mempengaruhi perilaku manusia dan menentukan perilaku mana yang tepat dan diterima secara sosial; yang bermanfaat dan harus diberi imbalan; dan yang tidak dapat diterima dan berbahaya (Herbig, 1998). Budaya menunjukkan mana yang benar, baik, tepat, jujur, berharga, dan penting (Kraft, 1978). Budaya mengajarkan aturan perilaku, ritual, tradisi, adat istiadat, dan prosedur yang penting. Budaya memberikan arahan pakaian apa yang harus dikenakan, jenis makanan apa yang harus dimakan, apa yang harus dikatakan, cara melayani tamu, dan apa yang harus dilakukan di pesta makan malam. Budaya mendiktekan gagasan dan menetapkan aturan yang dipatuhi mayoritas masyarakat. Budaya mengatur perilaku manusia dengan menawarkan ketertiban, arah, dan bimbingan (Herbig dan Dunphy, 1998). Budaya mengajarkan hubungan dengan orang lain, dan bagaimana membentuk dan memelihara hubungan tersebut (Dodd, 1998). Budaya menentukan pola hubungan dan menganjurkan gaya interaksi tertentu. Aturan dan norma budaya membantu untuk mencapai dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Tanpa aturan dan peraturan ini, masyarakat akan berada dalam kekacauan (Jandt, 1998). Budaya menyederhanakan keputusan kehidupan sehari-hari. Budaya menyediakan sarana untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosial (Herbig dan Dunphy, 1998). Budaya juga memungkinkan masyarakat manusia untuk berkomunikasi menggunakan kode komunikasi verbal dan non-verbal. Budaya menjelaskan bagaimana kelompok yang berbeda memahami informasi yang diterima (Herbig dan Dunphy, 1998). Budaya menentukan komunikasi, negosiasi, persuasi, dan gaya diskusi tertentu. Budaya membentuk persepsi, dan mengembangkan sikap, perasaan, dan stereotip (Dodd, 1998). Budaya mempengaruhi sistem sosial, politik, ekonomi, keuangan, pendidikan, kekerabatan, agama, kesehatan, dan rekreasi masyarakat. Budaya mempengaruhi hubungan keluarga, sosial, dan pekerjaan. Budaya mengikat manusia bersama (Dodd, 1998); budaya menentukan identitas sekelompok manusia. Budaya mengidentifikasi keunikan, nilai-nilai, keyakinan, dan pemikiran dari suatu kelompok sosial. Anggota dari budaya yang sama memiliki pemikiran dan pengalaman yang sama. Pengalaman,
F. KARAKTERISTIK BUDAYA
Budaya memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Perspektif jangka panjang. Budaya dikembangkan ribuan tahun yang lalu dan merupakan jumlah akumulasi pengalaman dan pengetahuan.
2. Koleksi. Budaya adalah kumpulan keyakinan, nilai, kebiasaan, norma, dan tradisi.
3. Fenomena sosial. Budaya muncul dari interaksi manusia dan unik untuk masyarakat manusia.
4. Fenomena lingkungan. Budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan (mikro, misalnya, aturan teman atau organisasi; dan makro, misalnya, ekonomi, politik, geografi).
5. Fenomena politik. Budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor politik dan hukum (misalnya, undang-undang, hukum, peraturan).
6. Dipelajari. Budaya dipelajari, tidak diwariskan secara genetis, bukan bawaan. Psikolog William James (Samovar, dkk. 2013) “Ketika seorang bayi dilahirkan, dia memasuki lingkungan budaya di mana banyak solusi sudah ada untuk masalah universal yang dihadapi populasi manusia. Anak hanya perlu belajar atau menginternalisasi solusi tersebut untuk membuat penyesuaian yang wajar dengan lingkungannya. Budaya secara suksesif dipelajari dari anggota masyarakat yang lain oleh orang-yang masuk ke suatu masyarakat tertentu. Jadi sangat memungkinkan untuk mempelajari perilaku budaya baru dan melupakan perilaku budaya yang lama.
7. Shared. Budaya disebarkan oleh sekelompok besar manusia dan khusus untuk kelompok itu.
8. Fungsional. Setiap budaya memiliki fungsi untuk memberikan pedoman perilaku sekelompok orang tertentu.
9. Berpengaruh. Budaya mempengaruhi perilaku manusia. Sifat pengaruhnya pada kehidupan, ekonomi, politik, dan perilaku manusia dapat bervariasi dari satu periode ke periode lainnya.
10. Prescriptive. Budaya menentukan perilaku yang dapat diterima.
11. Berubah-ubah. Praktik dan perilaku budaya bersifat arbitrer; perilaku
tertentu dapat diterima dalam satu budaya dan tidak dapat diterima
dalam budaya lain.
12. Sarat nilai. Budaya menetapkan nilai, menunjukkan apa yang paling bernilai dan paling tidak bernilai, dan memberi tahu manusia apa yang diharapkan darinya.
13. Mempermudah komunikasi. Budaya mempermudah komunikasi verbal maupun non-verbal.
14. Adaptif/dinamis. Budaya secara terus menerus berubah untuk melakukan adaptasi terhadap situasi dan lingkungan yang baru; budaya berubah ketika masyarakat berubah dan berkembang. Jika standar perilaku tertentu tidak begitu memuaskan anggota suatu masyarakat, maka standar tersebut diubah atau diganti. Dengan demikian, budaya terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
15. Memuaskan kebutuhan. Budaya membantu memenuhi kebutuhan anggota masyarakat dengan menawarkan arahan dan bimbingan.
16. Implisit. Budaya dapat dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang tidak berwujud, misalnya keyakinan, nilai, dan ide.
17. Eksplisit. Budaya dapat diekspresikan oleh be
G. SUBKULTUR
Kelompok masyarakat yang besar sering memiliki subkultur, atau sekelompok orang yang memiliki perilaku dan keyakinan yang berbeda dari budaya yang lebih besar di mana mereka menjadi bagiannya. Subkultur dapat dibedakan berdasarkan ras, kebangsaan, suku, agama, wilayah geografis, etnis, kelas sosial dan ekonomi, usia, jenis kelamin, pekerjaan, politik, dan orientasi seksualnya, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Setiap budaya terdiri dari beberapa subkultur. Beberapa kategori subkultur antara lain adalah:
1. Subkultur rasial, sering merujuk kepada sekelompok orang yang memiliki karakteristik biologis yang sama, terutama warna atau tipe fisik yang sama. Kategori rasial yang berbeda dapat dicirikan oleh fitur fisik yang berbeda, seperti warna kulit atau bentuk mata. Subkultur rasial juga dapat merujuk ke sekelompok orang yang berasal dari leluhur, sejarah, bahasa, adat istiadat yang sama, misalnya, ras Jerman. Ras mengakui evolusi dunia. Berbagai kategori rasial telah berevolusi dalam sejarah. Sebagai contoh, banyak negara Eropa Barat termasuk orang-orang ras Kaukasia.
2. Subkultur kebangsaan merujuk kepada kelompok orang yang memiliki sejarah yang sama, dan biasanya memiliki bahasa yang sama, tapi tidak selalu tinggal di daerah yang sama, misalnya, subkultur nasional India Amerika Utara dan Inggris.
3. Subkultur suku mengacu pada sekelompok orang, yang lebih kecil dari negara, memiliki adat istiadat yang sama, bahasa yang sama, dan sering mengikuti cara hidup kuno, misalnya, suku pemburu yang berkeliaran di hutan Amazon.
4. Subkultur Etnik mengacu pada berbagai kelompok orang yang memiliki bahasa, wilayah asal, sejarah, agama, keturunan atau warisan, dan karakteristik fonotipikal (misalnya, warna kulit, warna rambut), atau atribut asal yang sama lainnya, dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bangsa atau kelompok budaya yang berbeda. Ciri budaya etnis diteruskan kepada anak-anak. Contoh-contoh kelompok etnis adalah Anglo-Amerika, Hitam/Afrika-Amerika, Timur Tengah, Asia Tenggara, Hispanic, Filipina, atau Yahudi. Di bekas Yugoslavia, ada banyak kelompok etnis (misalnya, Serbia, Kroasia, atau Muslim), masingmasing dengan budayanya sendiri, yang dipaksa untuk hidup sebagai satu bangsa, setelah Perang Dunia II.
5. Subkultur agama merujuk pada berbagai kelompok orang yang diidentifikasi berdasarkan perbedaan dalam keyakinan agama dan ibadah mereka.
6. Subkultur geografis dan regional merujuk pada perbedaan geografis di dalam negara atau persamaan antar negara. Subkultur regional mengacu pada subkultur yang berevolusi karena perbedaan geografi, sejarah,
Comments
Post a Comment